Siang ini
terasa terik, udara di sekitar Pandu pun terasa panas sekali. Ya ini adalah
Masa Orientasi Siswa atau MOS yang sedang di jalani oleh Pandu. Bukan hanya
Pandu yang berfikir ingin cepat-cepat pulang ke rumahnya tetapi teman-temannya
pun mungkin berfikir seperti itu. Pandu adalah salah satu murid tahun ini masuk
ke SMA yang terpandang di daerahnya. Pandu adalah murid yang bisa dibilang
biasa saja, dia terlahir dari keluarga menengah.
Sesampainya
di rumah, Pandu lalu istirahat sejenak menikmati hembusan angin segar dari
sawah yang ada di belakang rumahnya
“akhirnya aku bisa menghirup udara yang segar hari ini”.
Setelah puas menghirup udara dari sawah, Pandu lalu ke kamar
mandi untuk membersihkan diri, tak lama Pandu pun selesai mandi dan dia segera
ke kamarnya untuk menyelesaikan tugas yang di berikan oleh seniornya.
“ahhhhh, sulit sekali ini tugas yang di berikan
senior-senior!!!” gumam Pandu.
Seketika dia teringat oleh Ratih.
Ratih adalah sahabat Pandu dari SD. Dari SD hingga SMP mereka satu sekolah dan
SMA pun mereka tetap satu sekolah. Dan tanpa sepengetahuan Pandu, Ratih
sebenernya suka dengan dia. Tetapi Ratih tidak berani mengatakan nya kepada
Pandu.
Lalu Pandu mengirimkan pesan pendek
ke Ratih.
“Tih apa kamu sudah mengerjakan tugas dari senior?” Tanya
Pandu.
Tak lama Ratih pun membalas.
“sudah Ndu, apa kamu belum selesai?”
“belum Ti, aku lihat punya mu ya?”
“ya sudah, kerumah ku saja Ndu” balas Ratih.
Setelah
mendapat balasan seperti itu Pandu pun bergegas menuju ke rumah Ratih. Pandu
pun memacu motor butut nya agar cepat sampai ke rumah Ratih.
Sesampai
rumah Ratih, Pandu pun mengetuk pintu rumah Ratih. Tok…..tok…..tok. Tak lama
Ratih pun keluar dari rumahnya langsung mempersilahkan Pandu untuk masuk, ya
kedua orang tua Ratih sudah terbiasa dengan kehadiran Pandu di rumah mereka
karena orang tua mereka pun saling mengenal.
Singkat
cerita Pandu pun selesai mengerjakan tugas.
“akhirnya selesai juga Tih tugasnya, fyuuuh” kata Pandu
terlihat lega
“hahaha, ini mah masih hari pertama MOS Ndu tapi kamu sudah
kelihatan capek banget” goda Ratih,
“iya nih, aku ngerasa jadi beban banget sih. Karena sebelum
ini kan kita libur lama”
“iya sih, kamu sih terlalu banyak main waktu liburan, jadi
gak sempet nyiapin semuanya saat MOS, hahahahha” ledek Ratih
“kamu malah ngeledek aku Tih” kata Pandu rada sinis
“hahahaha, jangan marah lah Ndu kan Cuma becanda. Senyum
dong” sahut Ratih sambil tersenyum
“ya sudah lah, aku mau pulang dulu Tih. Lagian udah malem
juga nih. Makasih ya udah ngebolehin aku ngeliat tugasmu, hehehehe” kata Pandu
sambil memasukkan bukunya ke dalam tas
“ya Ndu sama-sama, hati-hati di jalan ya. Semangat untuk MOS
besok”
“oke”
Lalu Pandu beranjak dari kamar Ratih dan pulang ke rumahnya.
Keesokan harinya, Pandu berangkat
sekolah dengan tergesa-gesa karena jam dinding sudah menunjukkan jam 6 pagi.
“mampus,
udah jam 6. Kalo gak cepet-cepet bisa di marahin senior ni”
Pagi itu Pandu hanya cuci muka dan langsung menuju
kesekolahannya. Untung saja pada saat itu MOS belum di mulai, jadi Pandu bisa
menghela nafas setelah lelah berlari.
Saat di kelas MOS,
“baik
adek-adek, kumpulkan tugas yang kakak berikan kemarin” kata salah satu senior
Dengan tenang para murid mengumpulkan buku mereka ke senior.
Tetapi tidak dengan Pandu, dia kebingungan mencari buku yang berisikan tugas
dari seniornya, tas nya pun di bongkar tetapi tidak menemukan buku nya. Pandu
pun baru teringat, setelah dari rumah Ratih buku nya di keluarkan dari task
arena ingin membaca apa yang dia tulis tadi. Setelah ingat kejadian itu, muka
Pandu pun berubah menjadi pucat dan berkeringat. Lalu dengan lemas Pandu pun
maju untuk meminta maaf ke senior.
“maaf kak,
buku saya ketinggalan di rumah” muka Pandu memelas
“APA
DEK!!!!” sahut senior Pandu dengan membentak.
“kamu ini
belum jadi murid sini tetapi sudah berani tidak ngerjain tugas ya!” lanjut
senior itu
“bukannya
tidak ngerjain kak, tapi ketinggalan” kata Pandu sambil merundukkan kepalanya
“kamu di
bilangin malah menjawab ya dek!” bentak senior Pandu sambil memukul meja
Pandu diam tak bersuara. Lalu tiba-tiba salah satu dari siswa
ada yang mengangkatkan tangannya, ya itu adalah Selvi. Salah satu teman baru
nya Pandu.
“kak maaf
bila saya lancang, kalo boleh beri Pandu kesempatan satu kali lagi kak. Mungkin
saja Pandu benar bahwa bukunya tertinggal di rumah, jadi beri dia kesempatan
satu kali lagi kak” ucap Selvi.
“baiklah,
untuk ada teman mu yang baik padamu Ndu. Kamu kakak beri kesempatan sekali
lagi, jangan sampai kamu mengulanginya ya” lanjut senior
“baik kak,
sekali lagi maaf kan saya kak” jawab Pandu sambil beranjak menuju tempat duduk
nya semula.
Setelah lonceng pulang pun
berbunyi, murid-murid yang mengikuti MOS pulang ke rumah mereka masing-masing.
Lalu Pandu menghampiri Selvi.
“terima
kasih ya udah bantuin aku tadi, nama ku Pandu” Pandu sambil mengulurkan tangan
“iya
sama-sama, nama ku Selvi. Aku bantu kamu tadi karena Ratih cerita bahwa
sebenarnya kamu sudah mengerjakan bareng dengan Ratih, ya sudah lain kali
jangan kamu ulangi ya Ndu. Aku duluan ya” jawab Selvi sambil beranjak meninggalkan
Pandu
Saat Pandu
jalan pulang ke rumah, dia tak henti-hentinya memikirkan Selvi. Ketika di
kamarpun dia tetap memikirkan Selvi.
“Selvi-Selvi.
Kamu sudah cantik, baik, imut segalanya deh. Apa mungkin aku jatuh cinta
sama dia ya?” Tanya Pandu pada dirinya
sendiri
“ah, apa
yang aku bicarakan!!! Aku benci sama yang namanya cinta!” lanjut Pandu.
Yah sebelum
kelulusan ini Pandu pernah berpacaran dengan Putri. Wanita yang memiliki paras
cantik, manis dan kaya. Karena kekayaan yang dimiliki Putri semua lelaki yang
ada di sekolahnya pun mengejar-ngejar dia, tak terkecuali juga Pandu. Dari
sekian banyak lelaki yang ingin menjadi pacarnya Pandu lah yang dipilih oleh
Putri. Mereka pacaran sekitar 6 bulan, dan Putri minta agar hubungan mereka
putus, dengan alasan bahwa sebentar lagi ujian. Alasan klasik yang biasa
diutarakan oleh seseorang yang sudah merasa bosen dengan pasangan. Dengn berat
hati Pandu pun menerima keputusan Putri. Tetapi akhir-akhir ini Pandu
mengetahui bahwa alasan Putri dahulu adalah palsu belaka. Ternyata Putri
selingkuh dengan Petra yang tidak lain adalah teman sekelas Pandu. Setelah
mengetahui hal itu, hingga sekarang Pandu tak peduli atau bahkan benci dengan
cinta.
“Kriiiiiiiiiiiiing……..”
bunyi jam weker yang membisingkan telinga. Seketika itu pula Pandu bangun dari
tidurnya. Ternyata semalam dia ketiduran.
Hari ini
adalah hari terakhir Pandu dan kawan-kawan melaksanakan MOS. Pandu berangkat ke
sekolah dengan semangat dan riang, karena sebentar lagi MOS akan berakhir dan
dia resmi menjadi siswa di SMA tersebut. Di depan gerbang Pandu bertemu dengan
Selvi, orang yang dapat membuat Pandu semalaman memikirkannya.
“pagi Ndu”
sapa Selvi dengan hangat
“pa……gggggi
j….uggggga” jawab Pandu dengan terbata-bata
“kamu kenapa
Ndu? Sakit? Kok gemeteran gitu?” Tanya Selvi
“eeehhhhhhh,
enggak kok Sel” sambil melanjutkan jalannya.
Selama dari
gerbang hingga menuju ke kelas Pandu selalu memerhatikan Selvi. Hingga dia
menabrak teman sekelasnya
“aduuuuuuh,
hati-hati dong” kata anak itu sambil membersihkan bajunya yang kotor karena
jatuh.
“waaaaah,
maaf ya. Aku tidak sengaja” jawab Pandu sambil menjulurkan tangan untuk
membantu anak itu.
“namaku
Pandu… namamu siapa?” lanjut Pandu
“namaku
Anggi, kan kita sekelas Ndu”
“haaaa? Apa
iya Gi?” dengan muka keheranan
“hahahaha,
iya Ndu. Kamu aja yang gak tau aku” jawab Anggi
Setelah itu,
Pandu dan Anggi masuk kekelas
Selama di
kelas Pandu dan yang lain, melawatinya dengan semangat dan ceria. Tidak seperti
hari-hari sebelumnya yang di lewati dengan rasa takut dan tegang.
“baik dek,
ini adalah MOS hari terakhir kalian. Kakak cuma pesen sama kalian, kalian harus
tetap kompak ya sampai nanti, kompaknya jangan cuma di MOS tapi saat sudah
balajar seperti biasa kalian harus tetep kompak dan semangat ya dek” salah satu
dari kakak kelas memberi motivasi ke Pandu dan yang lain.
Yah setelah upacaran penutupan MOS Pandu pulang dengan badan
yang lemas dan lelah, tetapi Pandu bertemu dengan Selvi di jalan. Selvi sedang
menunggu di jemput oleh Ayah nya.
“lagi nunggu
di jemput ya Sel?” Tanya Pandu
“iya ini
Ndu”
“ya udah
pulang bareng aku aja Sel”
“gak ada
Ndu, ntar ngerepotin kamu lagi”
“gak kok
Sel, udah naik aja”
Selvi tak
punya pilihan lagi, karena hari semakin sore dan Ayah nya tak kunjung datang. Maka
dia memilih untuk pulang bersama Pandu.
Setelah
jalan lumayan jauh.
“mana
rumahmu Sel?” Tanya Pandu
“yang itu
Ndu, cat warna biru”
Rumah Selvi
bercat warna biru dan bertingkat dua, lumayan besar menurutku. Sesampainya
didepan rumah Selvi, Selvi pun turun dari motor Pandu
“gak mau
mampir dulu Ndu?” Tanya Selvi
“gak usah
Sel, udah mau malem juga ni. Takut pulangnya kemaleman”
“oh ya udah,
hati-hati ya. Makasih banget loh Ndu” kata Selvi sambil tersenyum ke Pandu
“ya udah aku
pulang ya Sel” Pandu langsung memacu motornya menuju rumah.
Selama
dijalan Pandu selalu memikirkan Selvi. Dan tidak terasa Pandu telah tiba di
rumahnya. Sesampainya di rumah Pandu langsung beristirahat di kamarnya dan
tertidur dengan lelap.
Keesokan
harinya Pandu bangun dengan badan yang segar, ya ini lah hari pertama dia
sekolah dan dimana sudah tidak ada lagi acara MOS. Pandu berangkat sekolah
dengan menggunakan seragam sekolah dengan rapi, tidak lupa sebelum berangkat
Pandu sarapan dengan menu yang telah Ibunya siapkan itu. Setelah sarapan Pandu
berpamitan dengan kedua orang tuanya dan Pandu pun berangkat kesekolah. Di
depan gerbang sekolah, Pandu berhenti sejenak. Dan Pandu melihat murid-murid
SMAnya dari yang kelas 1, 2 maupun kelas 3.
“ternyata
murid nya banyak juga ya” gumamnya dalam hati.
Setelah lama
berdiam di depan gerbang Pandu pun di kaget kan dengan kehadiran Anggi.
“heyyyyyy,
pagi-pagi sudah melamun kamu Ndu. Ngeliatin cewe ya, hahaha” kaget Anggi
“waaaaah
Ngi, kamu ngaggetin aja. Gak ini loh aku lagi merhatiin, ternyata banyak juga
ya murid di SMA kita ini” jawab Pandu
“ya jelas
banyak lah, emang kamu kira SMA kita kuburan yang orang nya di dalam tanah.
Hahahha” ledek Anggi
“halah malah
ngawur ngomongnya, dah masuk aja yuk” ajak Pandu sambil berjalan menuju ke
dalam sekolah.
Sebelum
memasuki wilayah kelas sekolah Pandu ini memiliki satu lorong. Dimana lorong
ini digunakan sebagai mading siswa. Saat Pandu dan Anggi sampai di daerah
mading.
Tiba-tiba Pandu ditabrak seseorang,
“haduuuuuuh,
kalo jalan pakek mata dong!” bentak Pandu tanpa meihat orang yang menabraknya
“maaf-maaf,
aku lagi buru-buru” jawab Selvi
“Selvi?
kenapa kamu brur-buru Sel?” Tanya Anggi sambil membantu Pandu berdiri
“ini Ngi aku
mau melihat daftar kelas, aku gak tau masuk kelas mana. Oh iya Pandu maafin aku
ya” jawab Selvi sambil berusaha berdiri
“oh kamu to
Sel, maaf yo dah bentak kamu Sel” kata Pandu sambil membantuk Selvi berdiri.
“kalian
sudah melihat dimana kelas kalian?” Tanya Selvi kepada Pandu dan Anggi
“belum”
jawab Pandu dan Anggi secara berbarengan
“ya udah yuk
liat bareng aja ma aku, itu loh pengumumannya di madding” lanjut Selvi sambil
menunjuk selembar pengumuman yang ada dimading.
Setelah melihat melihat pengumuman kelas, ternyata Pandu,
Anggi, Selvi dan Ratih satu kelas.
“wah kita
satu kelas lagi ni” kata Selvi
“iya ni”
jawab Pandu dan Anggi
Dari kejauhan terlihat seorang wanita sedang berlari menuju
kearah kami. Ya wanita itu adalah Ratih,
“wah kalian
bertiga masih disini ternyata. Guru kita sudah masuk tu” kata Ratih sambil
ngos-ngosan karena berlari
“apa iay
Tih?” Tanya Pandu.
Setelah itu mereka berempatpun bergegas menuju kekelas
mereka. Di perjalanan menuju kelas pun Pandu kefikiran tentang kejadian tadi.
Dimana saat dia menabrak Selvi tadi. Ketika memasuki kelas mereka pun duduk di
bangku yang masih kosong, Pandu duduk bersebelahan dengan Anggi. Dan Selvi pun
duduk bersebelahan dengan Ratih.
Sepulang
sekolah, Pandu menghampiri Selvi yang sedang mengobrol dengan Ratih di depan
gerbang sekolah.
“Sel maaf ya
saat pas di madding tadi. Aku bener-bener gak sengaja” kata Pandu
“iya Ndu.
Lagian aku yang salah, harusnya aku yang minta maaf ke kamu” jawab Selvi
“ah sudah
kalian sama-sama salah” kata Ratih memotong pembicaraan mereka.
Ya, Ratih
merasa cemburu kepada Selvi karena mereka baru kenal tetapi sudah akrab. Ratih
merasa dari dahulu Pandu berbuat salah terhadapnya tetapi Pandu tak pernah
meminta maaf seperti itu. Setelah itu Ayah Selvi datang menjemput Selvi dan
kami pun kembali ke rumah masing-masing.
Saat di
rumah seperti biasa Pandu membayangkan kejadian yang terjadi kepadanya dan
Selvi.
“baru masuk
hari pertama udah kaya gitu ke Selvi, gimana aku bisa deketin dia. Yah semoga
aja Selvi beneran gak marah sama aku” gumam Pandu.
Setelah Pandu berfikir seperti itu,
iya pun bergegas mengambil buku catatannya. Ya, Pandu memiliki kebiasaan
mencatat hal-hal yang penting di hari itu. Dan menabrak Selvi adalah kejadian
yang penting baginya.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali
Pandu sudah berada di depan gerbang sekolah, dengan pakaian yang rapi. Ya,
Pandu berharap bertemu dengan Selvi, pujaan hatinya. Tak lama berselang Selvi
pun datang, dan terlihat Pandu senyum kegirangan.
“eh Pandu, tumben pagi-pagi gini
sudah di sekolah?” Tanya Selvi
“hehe, iya nih Sel. Lagi pengen
berangkat pagi” jawab Pandu
“ya udah kekelas yuk” lanjut Pandu
Lalu Pandu
dan Selvi berjalan menuju kelas. Dan mereka berdua saling diam. Pandu bingung
ingin bicara apa. Karena dia merasa gerogi dan tak tau harus berkata apa. Tak
lama mereka sudah berada di dalam kelas. Dan setelah di dalam Pandu tak
henti-hentinya memperhatikan Selvi. Tiba-tiba
“hoyyyy,
pagi-pagi udah melamun aja kamu Ndu” kata Anggi memecah lamunan Pandu
“ah kamu
Ngi, selalu ngagetin aku” jawab Pandu sambil mencuri-curi padang ke Selvi
“kamu
ngeliatin siapa to Ndu?” sambil mencari-cari apa yang sedang di lihat Pandu
“hoalah
Selvi to” lanjut Anggi
“heh,
pelan-pelan Ngi” sambil menutup mulut Anggi dengn tangan kanan Pandu
“hahaha,
santai ajalah. Kamu suka ya sama Selvi?” Tanya Anggi
“hehe,
kayanya iya Ngi. Tapi aku takut mau deketin dia” jawab sambil malu-malu
“lah, kenapa
harus takut? Deketin ajalah mumpung dia jomblo”
“iya tah?
Dia jomblo?” Tanya Pandu sambil keheranan
“ya aku
denger-denger aja sih. Ya dah gini aja gimana kalo aku bantu kamu deketin
Selvi, tapi kamu bantu aku deket sama Ratih. Gimana?” Tanya Anggi
“haha, kamu
suka sama Ratih Gi?” tangan Anggi langsung mulut Pandu
“ssssst,
pelan-pelan Ndu. Nanti banyak yang tau” jelas Anggi
“haha,
oke-oke deal ya? Kita saling bantu” Pandu mengulurkan tangan tanda setuju
“oke deal”
jawab Anggi sambil mengulurkan tangan juga.
Setahun pun berlalu, dimana
sekarang Pandu, Anggi, Ratih dan Selvi menjadi kelas 2 SMA. Ya di kelas 2 ini
Anggi telah menjadi ketua OSIS dia terkenal dari kalangan senior, teman
sebayanya dan junior, Pandu menjadi ketua MPK yaitu organisasi yang mengawasi
kinerja OSIS. Pandu pun tak kalah terkenalnya dengan Anggi, karena
kecantikannya Selvi menjadi wanita terpopuler di SMA nya. Hingga semua
laki-laki ingin menjadi pacarnya, dan Ratih kini menjadi anak tercerdas. Dia
tak pernah absen mendapat juara umum.
Di taman sekolah.
“gak kerasa
ya Gi kita udah kelas 2” kata Pandu
“iya ni Ndu.
Ternyata waktu berlalu begitu cepat” jawab Anggi
“eh gimana
kamu sudah semakin dekat dengan Selvi?” lanjut Anggi
“yah gitu
Ngi, di bilang deket ya enggak di bilang jauh juga enggak. Selvi cuek banget ma
aku. Kamu gimana dengan Ratih?”
“haha, ya
deket dong. Ratih kan orangnya peduli banget dan kayanya dia membuka hati untuk
aku, hahaha” jawab Anggi sambil ketawa kegirangan
“kamu enak
Ngi, lah aku. Tetap gini-gini aja” kata Pandu sambil memperlihatkan muka murung
“sudah Ndu,
tenang aja masih banyak waktu untuk deketin dia” jawab Anggi mencoba
menenangkan Pandu
Seperti
nasehat Anggi ke Pandu. Pandu menjalankan jurus-jurus untuk membuat Selvi
memperhatikannya dan membalas cintanya. Seperti mengajaknya nonton, makan dan
tempat favorit mereka ngobrol adalah di taman SMA mereka. Dan Pandu selalu
menceritakan ke Anggi bagaimana usaha Pandu untuk mendapatkan Selvi dan Anggi
selalu memberi semangat dan membantu sekedarnya.
Tak terasa
sudah 2 bulan Pandu dekat dengan Selvi. Tetapi ada perubahan terhadap Anggi.
Ya, Anggi biasanya memberi semangat ke Pandu untuk terus berjuang untuk mengejar
cinta Selvi, tapi akhir-akhir ini Anggi enggan dekat atau cenderung menjauh
dari Pandu. Pandu merasa sepertinya Anggi menyembunyikan sesuatu darinya.
Suatu hari
di dalam kelas,
“Ngi, aku
perhatiin kamu kok ngejauh dari aku sih?” Tanya Pandu
“ha? Enggak
kok Ndu biasa aja” jawab Anggi dengan muka seperti sedang menyembunyikan
sesuatu
“jangan
bohong Ngi”
“beneran aku
Ndu”
“ya udah
kalo gitu. Oh iya hari ini aku mau nembak Selvi ah” kata Pandu dengan muka
semangat
“apa?
Ka...mu ma…..u nembak Sel…vi?” Tanya Anggi terbata-bata
“iya Ngi,
usaha deketinnya kan udah. Tinggal liat hasilnya” jawab Pandu dengan percaya
diri
“jaaaanggggan
Ndu” cegah Anggi
“kenapa Ngi?
Bukannya dari dulu kamu dukung aku ya? Kok sekarang malah cegah aku” kata Pandu
dengan muka penuh tanda Tanya
“gakkkk
pa-paaaa Ndu” sambil menundukkan kepala.
Setelah
Anggi bicara seperti itu Pandu pun bergegas meninggalkan Anggi. Tapi di benak
Pandu masih menyimpan tanda Tanya besar “kenapa Anggi mencegah aku ya?”
pertanyaan itu yang menghantui Pandu.
Sepulang
sekolah Pandu berada di taman sekolah dimana dia sudah janji dengan Selvi akan
bertemu di sini. Dengan muka harap-harap cemas Pandu pun menunggu kedatangan
Selvi. Tak lama kemudian, Selvi pun datang dengan Ratih.
“Sel kan aku
dah bilang datang sendirian. Kok ada Ratih?” kata Pandu
“ya gak
pa-pa lah. Oh ya iya mau ngomong apa Ndu?” jawab Selvi
“gini Sel”
Pandu sambil duduk menghadap Selvi yang sedang berdiri
“aku udah
lama suka sama kamu, dari kita MOS sampai sekarang. Aku gak berani ngomong ke
kamu. Tapi sekarang adalah waktu yang tepat untuk ngomong ke kamu. Mau gak kamu
pacaran dengan aku?” kata Pandu sambil menatap Selvi.
“Pandu!!!!”
dengan muka kaget dan marah Ratih pun meninggalkan mereka berdua
“Ratih
tunggu” kata Selvi sembari meninggalkan Pandu. Tapi tangan Pandu langsung
menarik tangan Selvi
“jawab dulu
Sel, mau gak jadi pacar aku?” Tanya Pandu sekali lagi
“enggak Ndu.
Apa Anggi gak cerita sama kamu? Kalo aku udah jadian sama dia. Dan sebenernya
yang suka ma kamu tu Ratih” jelas Selvi dan langsung lari mengejar Ratih.
Dan seperti di sambar petir, Pandu pun terduduk lemas. Dia
tak percaya apa yang di katakan Selvi barusan bahwa sahabat lamanya Anggi,
telah merebut pujaan hatinya. Padahal setau dia Anggi hanya suka dengan Ratih,
tidak dengan Selvi. Anggi selalu memberi semangat kepada Pandu agar mendekati
Selvi, tetapi kenapa Anggi tega mengambil pujaan hati Pandu. Perasaan Pandu pun
sedih, marah, jengkel semua itu menjadi satu di dalam batin Pandu.
“aku baru
tau, ternyata ini alasan Anggi gak ngebolehin aku nembak Selvi. Tapi kenapa dia
gak jujur sama aku, sahabat macam apa dia. Aku selalu cerita tentang Selvi ke
dia, diapun gak pernah cerita tentang perasaan dia ke Selvi, tapi hanya cerita
tentang Ratih. Itu yang dia anggap persahabatan!!!” Pandu memukul meja yang ada
ditaman hingga tangannya memerah.
Setelah
kejadian itu Pandu, Anggi, Selvi dan Ratih pun tak saling tegur sapa, walaupun
mereka sekelas. Suatu ketika Anggi ingin meminta maaf kepada Pandu tetapi Pandu
selalu menghindar. Ya kejadian itu terjadi hingga mereka kelas 3, dan tak ada kata maaf dari mulut mereka
berdua.
Di taman
sekolah, Pandu duduk sendirian dan Ratih pun menghampirinya
“Ndu kenapa
kamu melamun disini?” Ratih bertanya dan duduk di samping Pandu
“Ratih?”
jawab Pandu kaget
“ya Ratih
Ndu, kamu udah lupa sama aku?” Ratih agak sinis
“bukan gitu,
aku tak pernah mengira kau akan menegur ku lagi setelah kejadian itu” Pandu
tertunduk
“sudah lah
Ndu. Lupain kejadian itu, lagian sudah lama juga kan” jawab Ratih tegar
“tapi Tih,
aku banyak salah sama kamu. Sampai-sampai aku gak sanggup minta maaf sama kamu”
Pandu merasa bersalah
“ya memang
sih aku marah, kesel dan macem-macem. Tapi lama-lama aku mikir, masa cuma
karena masalah cinta kita marahan dan diem-dieman gini. Kita kan udah gede dan
gak seharusnya ngelakuin kaya gini gak ada gunanya juga” jelas Ratih
“iya juga
ya. Ah aku udah kaya anak kecil aja berfikiran kaya gitu”
“sudah lah,
aku sudah memaafkan mu Ndu. Dan ini saatnya kamu minta maaf sama Anggi dia
adalah satu-satunya orang yang harusnya gak kamu musuhin. Inget cinta tak harus
memiliki, dan kamu harus merelakannya untuk sahabatmu Ndu”
“baiklah aku
akan mengakhiri semua ini, memang tidak akan kembali seperti dulu tapi
setidaknya aku sudah berusaha memperbaikinya” jawab Pandu beranjak dari
duduknya
“terima
kasih ya Tih, aku pergi dulu” lanjut Pandu sambil berlari mencari Anggi
Setibanya di kelas, Pandu melihat Anggi yang berada di bangku
pojok kelasnya. Dan Pandu pun menghampiri Anggi.
“Ngi boleh
ngobrol bentar?” Tanya Pandu
“ha?
Bol…..leh Ndu” jawan Anggi terbata-bata
“aku mau
minta maaf atas kejadian yang udah-udah. Aku minta maaf udah egois, lagian aku
gak punya hak untuk melarang kamu punya pacar siapapun. Itu adalah hak mu, dan
sebagai sahabat seharusnya aku mendukung mu bukannya malah membencimu” jelas
Pandu
“kamu
beneran Ndu?” Tanya Anggi
“hahaha,
iyalah masa aku becanda Ngi” sambil tertawa
“ya
seharusnya aku yang minta maaf dari awal Ndu. Tapi aku gak pernah berani tuk
ngomong itu ke kamu, takut kamu marah sama aku” jawab Anggi
“ya mungkin
kalo kamu ngomong waktu itu aku pasti marah ke kamu Ngi, hahaha. Karena aku
dalam keadaan emosi Ngi, ya sudah kita lupain aja masa lalu kita ya Ngi. Dan
kita mulai persahabatan kita dari awal. Oke?” Tanya Pandu sambil memberikan
tangan nya untuk bersalaman
“oke Ndu”
jawab Anggi sambil bersalaman dengan Pandu.
Hari-hari
pun mereka lewati bersama lagi seperti dulu, hingga kelulusan didepan mata.
Tetapi Pandu belum sempat meminta maaf kepada Selvi. Pandu selalu ingin ngobrol
dan meminta maaf kepada Selvi, tapi Selvi seperti menghindar. Ya mungkin Selvi
menolak untuk bertemu dengan Pandu.
Hingga
sampai pengumuman kelulusan Pandu bertekad untuk menemui Selvi, apapun
balasannya Pandu akan menerimanya. Dari pagi Pandu sudah menunggu di depan
gerbang tapi tak kunjung bertemu Selvi. Hingga amplop pengumuman dibagipun
Pandu tidak menemukan Selvi. Setelah pengumuman semua siswa berteriak dan
bersorak karena semua siswa lulus. Diantara teriakan para siswa SMA itu hanya
Pandu yang terdiam dan seperti menunggu sesuatu di taman sekolah
“hey Ndu, apa yang kamu tunggu Ndu?
Dari tadi aku liatin kaya nunggu sesuatu” Tanya Anggi
“aku nunggu Selvi Nggi, aku cuma
pengen minta maaf ke dia. Tapi sampai sekarang pun aku gak ngeliat dia. Kamu
tau gak Nggi dia kemana?” Tanya Pandu seperti orang bingung
“heeeemmmm (menghela nafas),
seperti ini waktu yang tepat buat cerita ke kamu Ndu. Jadi gini, dulu yang
menembak tu sebenernya bukan aku tapi Selvi, jangan kaget dulu tapi. Apa kamu tau
kenapa Selvi ngelakuin itu?” Tanya Anggi,
“enggak” jawab Pandu sambil menggelengkan
kepalanya
“dia ngelakuin itu karena
sebenarnya Selvi suka padamu Ndu”
“ha??? Suka padaku? Gak mungkin!
Terus kenapa dia malah nembak kamu?” Tanya Pandu
“nah itu karena dia gak enak kepada
Ratih, kamu tau sendirikan Ratih sama Selvi ni sahabatan? Nah karena itulah dia
nembak aku Ndu. Sebenernya aku mau cerita dari dulu, tapi kamu gak mau dengerin
aku Ndu”
Setelah mendengar itu Pandu bak
tersambar petir, dia terdiam dan tak berkata sepatah katapun.
“tapi sekarang dia sudah pergi Ndu,
Selvi akan melanjutkan kuliah di Luar Negeri katanya dia mau ngelupain kamu dan
memilih untuk memulai hidup baru tanpa kamu, maaf ya aku gak bisa membantu
banyak” lanjut Anggi sembari meninggalkan Pandu sendirian di taman sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar